TARAKAN, Headlinews.id– Perseteruan antar advokat di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 6 Februari lalu menjadi perbincangan hangat, bahkan jadi pembahasan yang heboh di media sosial. Akibat perseteruan tersebut, Razman Nasution dan Firdaus Oiwobo diberhentikan sebagai advokat dan Berita Acara Sumpah (BAS) keduanya dibekukan lantaran dianggap tidak sopan di persidangan.
Ketua Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) Tarakan, Rabshody Roestam saat dikonfirmasi mengatakan dalam persidangan atau di dalam ruang sidang ada aturan dan tata tertib yang diterbitkan Pengadilan Negeri.
“Pengunjung atau pun advokat harus mengikuti aturan yang berlaku. Harapan kami demikian. Bahwa di dalam persidangan itu kan ada tata caranya, ada tata tertibnya,” ujarnya, Kamis (13/2/2025).
Meski demikian, ia tegaskan dalam proses persidangan, advokat, terdakwa, hakim dan jaksa memiliki hak yang sama dan seharusnya digunakan sebagaimana mestinya.
“Jadi kalau di dalam ruang persidangan ya gunakanlah hak-hak kita sebagai advokat. Ya alhamdulillah di Tarakan ini tidak ada kejadiannya,” tegasnya.
Untuk diketahui, Kejadian ini bermula saat Razman Nasution disidangkan sebagai terdakwa pencemaran nama baik Advokat lainnya Hotman Paris Hutapea.
Sidang menjadi tegang ketika Majelis Hakim memutuskan sidang dilakukan tertutup karena menilai materi perkara mengandung hal-hal berkaitan dengan susila. Akhirnya Razman tidak terima dan melayangkan aksi protes, buntutnya Ketua Majelis Hakim saat itu menskors persidangan.
Hingga kehebohan pun semakin menjadi dan ada aksi naik keatas meja menggunakan toga yang dilakukan Penasehat Hukum Razman, Firdaus Oiwobo.
Akhirnya, profesi Firdaus Oiwobo dan Razman Arif Nasution sebagai advokat dibekukan oleh Pengadilan Tinggi melalui pembekuan BAS advokat yang masing-masing diterbitkan oleh Pengadilan Tinggi Banten dan Pengadilan Tinggi Ambon.
Menurut Rabshody, saat itu Razman sedang memperjuangkan nasibnya sebagai terdakwa pada perkara dugaan pencemaran nama baik. Sehingga dalam persidangan, Razman bukan bekerja sebagai advokat, melainkan sebagai terdakwa.
“Kalau sampai dicabut BAS-nya, kan posisinya waktu itu bukanlah advokat. Ini saya pikir mungkin terlalu terburu-buru. Dalam segi hukum, kami juga salut kepada Razman. Karena memperjuangkan hak-hak advokat di dalam suatu persidangan. Terlepas cara yang digunakan itu mungkin salah atau keliru,” tegasnya.
Ia pun menegaskan, Firdaus Oiwobo yang naik ke atas meja di persidangan dengan menggunakan toga dianggap sudah melakukan contempt of court atau penghinaan terhadap pengadilan. Padahal semua advokat juga telah mengetahui tata tertib dipersidangan.
“Organisasi advokat itu mengambil tindakan terhadap Firdaus, itu mungkin. Karena memang menganggap bahwa salah satu anggotanya sudah melakukan contempt of court. Atau menghina badan peradilan. Karena kejadian itu di dalam ruang sidang pengadilan, walaupun saat itu tidak sidang,” pungkasnya.
Terlebih lagi, ia menilai sikap Razman yang memperjuangkan hak advokat, jarang terjadi. Seharusnya bisa menjadi pertimbangan dan dilakukan mediasi oleh Pengadilan Tinggi Ambon dalam mengambil keputusan.
“Kita melihat di seluruh Indonesia jarang orang yang bertindak begitu. Yang mati-matian, yang sampai hancur-hancuran membela hak-hak advokat. Seharusnya kan persoalan ini bisa dimediasikan dulu lah,” tandasnya. (*)










