TANJUNG SELOR, Headlinews.id– Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Utara mengambil langkah mediasi dengan mempertemukan panitia penyelenggara acara Habib Rizieq Shihab (HRS) dan Aliansi Masyarakat Adat Kalimantan Utara (AMAKU).
Pertemuan yang berlangsung di Tanjung Selor pada Kamis (18/9/2025) itu digagas untuk meredam polemik sekaligus mencegah potensi gesekan di tengah masyarakat menyusul rencana kedatangan HRS ke Tarakan.
Ketua Tanfidziyah PWNU Kaltara, H. Alwan Saputra, menegaskan pihaknya hadir sebagai penengah agar perbedaan pendapat tidak berkembang menjadi konflik horizontal. Ia menyebutkan, belakangan suara pro dan kontra terkait agenda ceramah HRS semakin menguat, terutama di media sosial.
“Kami membuka ruang dialog agar masing-masing pihak bisa menyampaikan pandangan secara terbuka. Alhamdulillah, kedua pihak bersedia hadir. Ini penting agar komunikasi tidak terputus dan perbedaan bisa dihadapi dengan kepala dingin,” ujar Alwan.
Alwan menambahkan, walaupun mediasi belum menghasilkan kesepakatan final, kedua pihak setidaknya berhasil mencapai pemahaman awal. Menurutnya, proses dialog menjadi kunci untuk menumbuhkan rasa saling mengerti di tengah masyarakat yang majemuk.
“Intinya, pertemuan ini adalah langkah awal membangun saling pengertian, meskipun belum ada titik temu. Kami berharap semua pihak mengedepankan kedamaian, menahan diri, dan bersama-sama menjaga kerukunan di Kaltara,” tutupnya.
Dengan adanya upaya mediasi ini, PWNU berharap rencana kedatangan HRS tidak menjadi pemicu perpecahan, melainkan dapat dijalankan dengan tetap menjunjung nilai-nilai toleransi, kedamaian, dan persatuan masyarakat Kalimantan Utara.
Dalam pertemuan itu, AMAKU menegaskan sikap menolak kehadiran HRS. Perwakilan AMAKU, Agustinus Amos, menyampaikan kekhawatiran bahwa ceramah yang disampaikan HRS bisa memunculkan gesekan di masyarakat. Meski begitu, ia memberi catatan khusus apabila kegiatan tetap dilaksanakan.
“Kami berharap dakwah yang disampaikan justru membawa kedamaian bagi masyarakat Kaltara. Jangan sampai menyinggung keyakinan atau agama lain, apalagi memicu provokasi,” tegas Amos.
Di sisi lain, panitia penyelenggara yang diwakili Sekretaris Aliansi Solidaritas Kaltara untuk Palestina, Ahmad Irwan, memastikan acara akan tetap berjalan sesuai jadwal. Namun ia menyambut positif adanya mediasi ini sebagai bentuk keterbukaan antar elemen masyarakat.
“Kami pastikan kegiatan berfokus pada penggalangan dana untuk Palestina,” tandasnya. (rn)