BALIKPAPAN, Headlinews.id — Dari aroma kopi yang baru diseduh hingga lantunan suara peserta yang berlatih di depan mikrofon, semangat para pemuda Balikpapan terasa kuat di ruang pelatihan yang digelar Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Balikpapan.
Dua pelatihan berbeda, barista dan public speaking resmi dimulai pada 7 hingga 10 Oktober 2025, menjadi wadah pembentukan generasi muda yang kreatif, percaya diri, dan siap bersaing di era industri modern.
Program yang digagas melalui bidang Kepemudaan ini menjadi bagian dari komitmen pemerintah daerah untuk memperkuat kapasitas dan kemandirian pemuda Balikpapan.
Kepala Disporapar Kota Balikpapan, Ratih Kusuma, mengatakan, pelatihan ini bukan sekadar kegiatan rutin, melainkan bentuk nyata investasi jangka panjang bagi pembangunan sumber daya manusia muda.
“Anak muda sekarang hidup di era yang serba cepat dan penuh peluang. Keterampilan praktis seperti menjadi barista atau pembicara publik bisa membuka jalan ke banyak kesempatan—baik di dunia kerja, wirausaha, maupun kegiatan sosial. Kami persiapkan pemuda Balikpapan menjadi pribadi yang berani tampil, kreatif, dan siap menciptakan peluang,” ujar Ratih.
Pelatihan barista yang berlangsung di Hotel Buskai Balikpapan diikuti oleh 50 peserta dari berbagai kecamatan. Dalam dua hari pelaksanaan, peserta dibimbing oleh instruktur berpengalaman dari dunia perkopian profesional.
Para peserta belajar mengenal karakter biji kopi nusantara, proses roasting yang tepat, teknik penyeduhan espresso, hingga seni menghias permukaan minuman dengan latte art.
Selain keterampilan teknis, pelatihan ini juga memberikan wawasan tentang manajemen usaha kecil dan strategi pemasaran, agar peserta dapat mengembangkan usaha berbasis kopi di lingkungannya.
Sementara itu, pelatihan public speaking yang digelar pada 9–10 Oktober berfokus pada penguatan kemampuan komunikasi dan kepercayaan diri. Para peserta berlatih berbicara di depan umum, memahami teknik vokal, ekspresi tubuh, serta improvisasi di berbagai situasi publik.
Ratih Kusuma menjelaskan, kemampuan berbicara di depan umum kini menjadi keterampilan penting di era informasi. Banyak kegiatan pemerintah maupun swasta yang membutuhkan tenaga MC, moderator, atau pembicara yang mampu tampil profesional.
“Kami melihat banyak potensi anak muda yang sebenarnya punya bakat bicara, tapi masih kurang percaya diri. Lewat pelatihan ini mereka belajar cara mengelola suara, membaca situasi audiens, dan tampil dengan kepribadian yang menarik,” tutur Ratih.
Ratih menegaskan pelatihan kepemudaan seperti ini akan terus dilakukan secara berkesinambungan. Pemerintah Kota Balikpapan, katanya, berkomitmen membangun generasi muda yang adaptif terhadap perubahan zaman, memiliki daya saing, serta mampu berkontribusi pada kemajuan daerah.
“Setiap anak muda di Balikpapan punya potensi besar. Tugas kami adalah membuka jalan dan memberi ruang agar potensi itu tumbuh. Jika mereka terampil dan percaya diri, maka kota ini akan tumbuh bersama mereka,” tegasnya.
Kepala Bidang Kepemudaan Disporapar Balikpapan, Wahyu Mulia Donny Seputra, menambahkan kegiatan tersebut dirancang agar peserta tidak hanya menjadi pekerja terampil, tetapi juga calon wirausaha yang mandiri.
“Kita mendorong pemuda berpikir lebih jauh, tidak sekadar mencari pekerjaan, tapi juga menciptakan pekerjaan. Industri kopi, misalnya, sangat potensial di kota seperti Balikpapan. Kalau digarap serius, mereka bisa jadi pelaku usaha lokal yang berdaya saing,” jelas Wahyu.
Para peserta juga mendapatkan sertifikat pelatihan dan uang transportasi sebagai bentuk dukungan Disporapar terhadap partisipasi aktif generasi muda.
“Itu menjadi bentuk penghargaan kecil atas semangat belajar yang mereka tunjukkan,” tandasnya.
Para peserta mendapat bimbingan langsung dari penyiar radio, praktisi komunikasi, dan pembawa acara profesional di Balikpapan. Materi yang diberikan mencakup penguasaan panggung, teknik storytelling, hingga etika berbicara di forum resmi.
Dwi Rahmawati (23), salah satu peserta pelatihan barista, mengaku pelatihan ini membuka wawasannya terhadap dunia kopi. Ia yang baru merintis usaha minuman kekinian di rumah, merasa mendapatkan ilmu dan kepercayaan diri baru untuk mengembangkan bisnisnya.
“Saya belajar banyak tentang rasa, aroma, dan teknik penyeduhan. Ternyata jadi barista tidak hanya soal membuat kopi enak, tapi juga soal pelayanan dan pengalaman pelanggan,” ujarnya dengan semangat.
Sementara itu, Arif Nugroho (21), peserta pelatihan public speaking, mengatakan kegiatan tersebut membuatnya lebih berani tampil di depan umum.
“Biasanya saya grogi kalau bicara di depan banyak orang. Setelah dua hari latihan, saya jadi lebih tahu cara mengatur nada, gestur, dan kontak mata supaya lebih percaya diri,” katanya. (*)