TARAKAN, Headlinews.id – Kondisi keuangan yang terbatas membuat Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Telekomunikasi Tarakan belum mampu mengoptimalkan potensi bisnis jaringan internet yang dimiliki. Sejak tiga tahun terakhir, pemerintah kota tidak lagi memberikan penyertaan modal berupa uang, sementara rencana pinjaman ke bank belum juga terealisasi.
Staf Bagian Perekonomian Sekretariat Pemkot Tarakan, Fitriani, menjelaskan kebijakan penghentian penyertaan modal uang ini telah berlangsung sejak 2022 hingga 2024. Keputusan tersebut diambil lantaran kinerja keuangan Perumda belum menunjukkan hasil positif sejak didirikan.
“Kuasa Pemilik Modal (KPM) memutuskan penyertaan modal berupa uang dihentikan sementara, sambil menunggu perbaikan kinerja keuangan perusahaan,” ujar Fitriani dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPRD Tarakan, Selasa (14/10/2025).
Sebagai gantinya, Pemkot mendorong Perumda memaksimalkan aset yang ada atau mencari dukungan pembiayaan dari pihak ketiga, termasuk perbankan. Namun, hingga saat ini surat dukungan jaminan dari KPM untuk pengajuan pinjaman belum diterbitkan.
Fitriani juga menyoroti persoalan pemeliharaan gedung. Berdasarkan ketentuan Permendagri Nomor 19 Tahun 2016, biaya perawatan seharusnya dibebankan kepada mitra pemanfaat aset. Namun kondisi keuangan Perumda saat ini membuat pelaksanaan perbaikan fisik belum memungkinkan dilakukan.
Sementara itu, Direktur Perumda Telekomunikasi Tarakan, Rusman Fahrezan Baliha, membenarkan bahwa keterbatasan modal menjadi hambatan utama dalam pengembangan bisnis. Pihaknya telah bersurat kepada KPM sejak bulan lalu untuk mendapatkan dukungan pinjaman modal ke bank.
Menurutnya, Perumda memiliki infrastruktur jaringan serat optik (fiber optic) yang sudah terpasang di sejumlah jalur vital di Kota Tarakan. Infrastruktur itu menjadi modal penting untuk memperluas layanan internet ke instansi pemerintah maupun swasta.
“Jaringan fiber optic kami sudah membentang di beberapa titik strategis. Kalau bisa dimaksimalkan, potensi pasarnya cukup besar. Banyak instansi pemerintah, termasuk sekolah, yang berminat berlangganan karena kualitas jaringan kami lebih stabil dan aman,” terang Rusman.
Namun, kata dia, tantangan terbesar adalah ketiadaan dana investasi untuk membeli perangkat tambahan dan biaya instalasi ke pelanggan baru. Saat ini, pendapatan Perumda hanya cukup untuk menutup biaya operasional rutin.
“Kami belum bisa berbicara soal ekspansi karena modal investasi belum ada. Sekarang fokusnya menjaga layanan agar tetap berjalan,” katanya.
Rusman menilai, peluang pertumbuhan masih terbuka lebar. Dari sekitar 400 potensi pelanggan di wilayah jaringan, baru kurang dari 30 persen yang aktif berlangganan. Ia memperkirakan, jika 40 persen saja dapat dioptimalkan, pendapatan perusahaan akan meningkat signifikan.
“Kami tetap berupaya menjaga operasional agar tetap berjalan sambil menunggu keputusan dari KPM terkait dukungan pinjaman modal. Potensi pasar sebenarnya cukup besar, tinggal bagaimana kami bisa memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada secara maksimal,” tutup Rusman. (saf)