TANA TIDUNG, Headlinews.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tana Tidung mencatat masih ada sejumlah daerah yang rawan longsor. Diantaranya, Desa Seputuk dan Desa Belayan Ari di Kecamatan Muruk Rian. Kemudian Desa Kujau, Desa Mendupo dan Buong Baru di Kecamatan betayau. Desa Sebawang Kecamatan Sesayap, dan Desa Sengkong Kecamatan Sesayap Hilir.
Kepala BPBD Tana Tidung, Didik Darmadi mengungkapkan khusus Desa Sengkong masuk dalam kategori Padang Besar lantaran didepannya ada pendangkalan. Sedangkan, wilayah yang sering mengalami lonsor di Desa Seputuk terutama saat curah hujan tinggi.
“Kalau sudah curah hujan tinggi di daerah gunung, pasti meluap ke Sungai Seputuk dan Sungai Betayau. Tapi, kalau di Malinau banjir, tidak berdampak dengan Tana Tidung, karena beda aliran sungai dan hanya perbatasan,” ujarnya, Selasa (6/5/2025).
Berbeda dengan di daerah Sesayap, kata Didik masih termasuk daerah yang paling aman meskipun ada luapan. Biasanya terjadi pada April hingga Juni, saat debit air sungai meningkat.
“Biasa di pinggir yang banyak orang jualan itu airnya naik, tapi pagi aja. Kan nanti kemungkinan minggu depan ini berubah, jadi malam lagi baru airnya naik,” ungkapnya.
Didik mengungkapkan, nantinya pada 14 Mei mendatang pihaknya akan kembali turun ke warga untuk memberikan edukasi. Diantaranya untuk memberikan edukasi dan pemberitahuan kepada masyarakat di daerah rawan longsor.
Terutama juga di Desa Sedulun dan Limbu Sedulun Kecamatan Sesayap yang secara historis sudah pernah terjadi longsor juga akan diberikan edukasi lebih lanjut.
“Tahun kemaren kami juga ada melakukan tinjauan ke lapangan di Limbu Sedulun, ada longsor besar. Tapi, dibandingkan dengan daerah lain, di Tana Tidung in masih termasuk aman karena jarang (terjadi longsor). Tapi masyarakat ini rata rata bangunnya tidak lihat (segi keamanan). Padahal, dibelakangnya ada hutan yang bisa dimanfaatkan untuk penyangga, malah dijadikan kebun,” bebernya lagi.
Sebenarnya, persoalan tersebut sudah pernah disampaikan edukasi kepada masyarakat. Namun, karena diluar jangkauan sehingga sulit memberikan hasil positif. sementara, di satu sisi warga juga membutuhkan lahan untuk dijadikan kebun, sehingga bisa menambah mata pencaharian.
“Tapi, disisi lain mereka tidak melihat resiko. Kita terus berusaha untuk memberikan edukasi. Karena slogan kita di BNPP itu induk (penanggulangan bencana), jadi kita mau tidak mau harus lebih banyak kegiatan pelatihan,” tandasnya.
Selain itu, ada perubahan paradigma di BPD yang lebih pada sifat koordinasi. Diakuinya, koordinasi utama sebenarnya untuk menangani kebencanaan. Tapi sifatnya lebih ke edukasi dan lintas sektor.
“Jadi kita kerja sama dengan melibatkan berbagai pihak. Seperti masyarakat, Pemadam Kebakaran, Dinas PU, Dinas Perhubungan dan Satpol PP. Semua saling terkait, tapi yang kita sering kerjasama itu dengan Kehutanan KPH Tana Tidung,” pungkasnya. (*/hr)