TANA TIDUNG, Headlinews.id – Di usia Kodim 0914/Tana Tidung yang masih terbilang muda, hadir sosok pemimpin baru yang membawa semangat pembaruan dan ketegasan khas militer: Letkol Arm Raden Florentius Ferdian Richarda. Lahir di Cimahi, 25 Oktober 1982, pria yang kini menjabat sebagai Komandan Kodim Tana Tidung itu memikul tanggung jawab besar di wilayah perbatasan Kalimantan Utara.
Berbekal gelar sarjana teknik elektro serta pendidikan S2 di bidang ketahanan pemerintahan, Letkol Ferdian telah menapaki karier militernya sejak masuk Akademi Militer tahun 2001 dan lulus pada 2004. Perjalanannya dimulai dari Batalion Armed 15 di Baturaja, Sumatera Selatan. Di sana ia mengabdi selama 9 tahun, sebelum melanjutkan penugasan ke Mabesad di Jakarta, lalu berpindah-pindah ke Aceh, Bandung, Cianjur, hingga akhirnya dipercaya memimpin Kodim 0914/TNT.
“Saya jujur, waktu pertama menerima surat perintah penempatan, saya belum tahu Tana Tidung itu di mana. Saya cari di peta, ternyata di Kalimantan Utara. Usianya masih 17 tahun, dan kodim ini baru berdiri lima tahun. Ini tantangan,” ujarnya.
Pengalaman penugasan Letkol Ferdian bukan hanya dalam negeri. Ia pernah tergabung dalam misi PBB sebagai pengamat militer (military observer) di Kongo, Afrika, selama satu tahun penuh (2016–2017). Selain itu, ia juga tercatat mengikuti berbagai latihan militer internasional bersama pasukan dari Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura.
Meski berasal dari kecabangan Armed (Artileri Medan), ia menyadari bahwa jabatan Komandan Kodim merupakan posisi strategis yang memerlukan keterampilan kepemimpinan lintas korps. “Di kodim itu lintas kecabangan. Bukan soal dia dari armed, infanteri, atau lainnya. Yang penting dia paham wilayah, bisa jalankan pembinaan teritorial,” jelasnya.
Darah militer mengalir kuat dalam dirinya. Ayahnya, almarhum Kolonel Infanteri, merupakan anggota TNI AD. Ibunya pun berasal dari lingkungan militer. “Sejak kecil saya melihat jati diri Almarhum Bapak. Tidak ada paksaan, tapi sejak awal saya memang sudah bercita-cita jadi TNI,” katanya.
Di Tana Tidung, tantangan yang ia hadapi tidak hanya soal minimnya infrastruktur, tetapi juga terbatasnya personel. Kodim idealnya memiliki 250 personel, namun saat ini belum mencapai setengahnya. Koramil pun baru ada dua dari lima kecamatan, sementara sisanya baru didukung posramil, bahkan ada yang belum memiliki bangunan.
“Meski belum ideal, bukan berarti tugas tidak bisa dijalankan. Sebagai tentara, apapun hambatan, tugas harus tetap dilaksanakan,” tegasnya.
Di balik disiplin militer yang melekat, Letkol Ferdian juga seorang kepala keluarga. Ia menikah pada 14 Februari 2015 dengan Urpana Senjah Herapatriani, dan dikaruniai dua putri: Raden Roro Francisca Varenia Ricarda dan Raden Roro Anastasia Andira Targa. Gelar “Raden Roro” mereka warisi dari garis keturunan sang ayah yang berasal dari Kraton Yogyakarta.
Membawa keluarga ke wilayah penugasan tentu bukan hal mudah. Namun baginya, pengabdian adalah bagian dari komitmen yang juga harus dipahami bersama. “Kalau saya pribadi, sudah terbiasa dinas di tempat terpencil. Istri dan anak-anak juga mulai menyesuaikan. Ini bagian dari perjalanan hidup kami sebagai keluarga TNI,” tuturnya.
Meski baru beberapa waktu berada di Tana Tidung, ia mengaku tertarik untuk lebih mengenal kearifan lokal, termasuk bahasa Tidung. “Bahasa daerah itu bagian dari pendekatan. Saya ingin tahu, saya ingin kenal. Ini penting dalam membina wilayah,” ucapnya.
Dengan pengalaman luas, kepemimpinan yang tegas, dan semangat teritorial yang kuat, Letkol Ferdian membawa harapan baru bagi peran Kodim 0914/Tana Tidung dalam mendukung stabilitas, pembangunan, dan ketahanan wilayah di ujung utara Indonesia.(*)