SEBATIK TENGAH, NUNUKAN, Headlinews.id – Puluhan siswa di Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, mengalami dugaan keracunan Makanan Bergizi (MBG) hanya dua hari setelah program tersebut dijalankan. Anggota DPRD Nunukan mendesak penghentian sementara MBG dan evaluasi menyeluruh terhadap dapur yang baru beroperasi.
Sebanyak 58 siswa dari SD, SMP, hingga SMA dilaporkan mengalami mual, muntah, dan diare setelah mengonsumsi MBG yang dibagikan di sekolah pada Selasa (30/9/2025). Puluhan anak langsung dilarikan ke Rumah Sakit Pratama Sebatik dan Puskesmas Aji Kuning untuk mendapatkan perawatan. Beberapa siswa harus menjalani observasi intensif, sementara yang lainnya diperbolehkan pulang setelah penanganan awal.
Anggota DPRD Nunukan dapil Sebatik, Hamsing, mengatakan dugaan keracunan ini terjadi hanya dua hari setelah dapur MBG Sebatik Tengah mulai beroperasi.
“Hari pertama program berjalan normal, tapi pada hari kedua puluhan siswa langsung jatuh sakit. Ini menjadi peringatan serius bahwa protokol keamanan pangan harus benar-benar diterapkan sebelum makanan disajikan,” ujarnya.
Hamsing menambahkan, menu yang dikonsumsi siswa terdiri dari tahu goreng, telur berbumbu, sayur capcai, dan semangka. Bahkan, seorang balita ikut terdampak setelah memakan sisa makanan kakaknya.
“Kemungkinan seluruh lauk dan buah yang disajikan sudah terkontaminasi. Orang tua sangat khawatir, dan evaluasi cepat sangat diperlukan,” jelasnya.
Dari peninjauan bersama Bupati Nunukan, beberapa rekomendasi teknis dari Dinas Kesehatan ternyata belum dipenuhi oleh pengelola dapur MBG.
“Beberapa standar dasar kebersihan dan pengolahan makanan belum lengkap, tapi mereka sudah mulai menyajikan makanan. Ini sangat berisiko dan tidak boleh terjadi lagi,” tegas Hamsing.
Hamsing menambahkan DPRD akan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke dapur MBG setelah anggota dewan kembali dari dinas luar.
“Kami akan memastikan setiap dapur benar-benar layak dan aman sebelum melayani siswa. Tidak boleh ada kelalaian seperti ini lagi,” katanya.
Kasus ini memicu sorotan terhadap mekanisme pengawasan program MBG di seluruh Kecamatan Sebatik. Hamsing menekankan, evaluasi bukan sekadar administratif, tetapi juga mencakup uji laboratorium makanan, kondisi dapur, dan prosedur distribusi.
“Mudah-mudahan ini yang pertama dan terakhir. Anak-anak tidak boleh menjadi korban kelalaian. MBG harus memberi manfaat, bukan risiko,” tegasnya.
Anggota DPRD lainnya, Andre Pratama, menekankan pentingnya tindakan tegas untuk menjaga keselamatan anak-anak.
“Program MBG di Sebatik Tengah sebaiknya dihentikan sementara hingga investigasi menyeluruh dilakukan, termasuk uji kelayakan dapur dan kualitas bahan makanan. Keselamatan anak-anak adalah prioritas utama,” ujarnya.
Sementara itu, pihak Puskesmas Aji Kuning dan RS Pratama Sebatik terus memantau kondisi siswa yang masih dirawat, memastikan setiap anak mendapatkan penanganan medis yang optimal. Pemerintah daerah berjanji akan melakukan investigasi mendalam untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
(*)