DI usianya yang senja, M. Jafar Salsa masih berbicara dengan suara tegas dan penuh keyakinan. Lahir pada 30 Agustus 1928, ia adalah saksi hidup dari perjalanan panjang bangsa menuju kemerdekaan.
Riris Dwi Bandriyani – Headlinews.id
Bagi pria yang pernah mengabdi di TNI Angkatan Darat ini, kemerdekaan bukan sekadar perayaan tahunan, melainkan warisan perjuangan yang harus terus dijaga.
“Saya berharap generasi pelanjut bisa melaksanakan tugas-tugas kebangsaan dengan baik,” ucapnya penuh harap saat ditemui di Tarakan.
Jafar mengingatkan, kemerdekaan Indonesia diraih dengan pengorbanan luar biasa.
Ia menyebut peristiwa-peristiwa kelam yang menjadi bukti mahalnya harga kemerdekaan, seperti korban 40 ribu jiwa di Sulawesi Selatan, hingga Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang juga merenggut banyak nyawa.
“Semua itu harus menjadi peringatan kepada kita untuk selalu setia kepada bangsa dan negara,” katanya.
Jejak Panjang Perjuangan
Jafar menapakkan kaki di Tarakan pada tahun 1963. Kala itu, tugas negara membawanya ke Kalimantan Utara. Sebelumnya, ia sempat menjadi ajudan Presiden Soeharto saat masih menjabat sebagai Panglima Mandala di Sulawesi Selatan.
Pengalaman ini membawanya pada banyak peristiwa bersejarah, salah satunya operasi Dwikora yang digerakkan untuk membantu masyarakat di perbatasan.
Dalam operasi tersebut, Jafar terlibat langsung dalam sejumlah misi penting. Ia bahkan menyaksikan dari dekat tragedi yang menimpa dua rekannya, Usman dan Harun, yang dijatuhi hukuman gantung di Singapura.
“Itu semua bukti bahwa Dwikora benar-benar bergerak, dan masyarakat Indonesia siap membantu perjuangan bangsa,” kenangnya.
Tidak berhenti di situ, Jafar juga mencatat peristiwa besar saat berada di Tarakan. Ia terlibat dalam operasi pengeboman di Jembatan Putih dan pengendalian serangan di Pelabuhan Tawau.
“Itu semua perintah dari atas. Peringatan untuk tentara Inggris yang waktu itu masih ada di sini,” ujarnya sambil menatap jauh ke masa lalu.
Pesan untuk Generasi Muda
Meski telah melewati usia lebih dari delapan dekade, Jafar tetap memandang masa depan dengan optimis. Ia menitipkan pesan sederhana namun mendalam kepada generasi muda.
“Laksanakan Undang-Undang Dasar 1945 dengan baik dan jujur. Karena itulah falsafah hidup berbangsa dan bernegara,” tuturnya.
Bagi Jafar, menjaga Indonesia agar tetap jaya adalah tanggung jawab bersama. Semangat nasionalisme, kata dia, tidak boleh luntur oleh zaman.
“Indonesia tetap jaya, jaya teruslah. Itu harapan saya,” katanya.