SAMARINDA, Headlinews.id— Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur memperkuat pengawasan lalu lintas hewan ternak dan produk hewani yang masuk ke wilayah provinsi.
Pemerintah provinsi menegaskan keamanan pangan dan kesehatan hewan tetap menjadi prioritas, sekaligus memastikan pasokan hewan ternak bagi masyarakat tetap aman dan berkualitas.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kaltim, Fahmi Himawan menyebut pengawasan difokuskan pada checkpoint utama di Kecamatan Batu Engau dan Kecamatan Muara Komam.
Aktivitas ini mencakup pengecekan dokumen kesehatan hewan, kondisi fisik ternak, serta kelayakan produk hewani yang masuk ke wilayah Kaltim. Meskipun jumlah ternak relatif lebih sedikit dibandingkan momen Iduladha, arus produk pangan asal hewan meningkat menjelang libur panjang.
“Tim di Batu Engau dan Muara Komam tetap melakukan monitoring penuh terhadap hewan ternak dan produk hewani yang masuk. Fokus utama saat Nataru adalah memastikan keamanan pangan dan kesehatan hewan, karena meskipun ternak lebih sedikit, produk olahan dan hewan siap konsumsi justru lebih banyak masuk,” jelas Fahmi, Jumat (5/12/2025).
Untuk menjamin keamanan dan transparansi, seluruh lalu lintas ternak yang masuk ke Kaltim diawasi menggunakan iSIKHNAS, sistem informasi kesehatan hewan nasional.
Langkah ini menjadi bagian dari program JosPol yang menekankan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendampingan peternak lokal, serta pengelolaan kesehatan hewan secara modern.
Fahmi menegaskan setiap pengiriman harus memenuhi prosedur administrasi yang ketat, termasuk rekomendasi pengeluaran dari daerah asal, rekomendasi pemasukan dari Pemprov Kaltim, dan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang diterbitkan pejabat veteriner.
“Setiap ternak yang masuk ke Kaltim sudah melalui prosedur resmi. Dokumen pengiriman, rekomendasi dari daerah asal, hingga SKKH semuanya dipantau real-time melalui iSIKHNAS. Ini membuat risiko masuknya penyakit hewan bisa diminimalkan,” ujarnya.
Selain pengawasan fisik dan administrasi, DPKH Kaltim juga menekankan pendampingan peternak lokal, selaras dengan program JosPol yang menargetkan peningkatan produktivitas dan kemampuan SDM peternak.
Tim teknis rutin melakukan vaksinasi hewan, pengendalian faktor pembawa penyakit seperti lalat dan nyamuk, serta memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Tujuannya agar peternak mampu menjaga kebersihan kandang, melakukan vaksinasi berkala, serta melaporkan segera jika muncul gejala penyakit.
“Pendampingan dilakukan sepanjang tahun tanpa memandang musim. Peternak diajarkan pentingnya biosekuriti, vaksinasi berkala, serta pelaporan dini. Program ini tidak hanya melindungi ternak, tapi juga meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan peternak,” kata Fahmi.
DPKH Kaltim juga melakukan pengawasan pada pergerakan produk hewani dari pedagang dan industri rumah tangga. Semua produk hewani yang masuk ke Kaltim dicek kelayakannya agar aman dikonsumsi masyarakat.
Pengawasan ini juga termasuk memastikan distribusi produk tidak menimbulkan risiko penyebaran penyakit hewan.
“Selain ternak hidup, kami juga memantau produk hewani seperti daging dan olahan. Semua harus sesuai standar keamanan pangan agar masyarakat terlindungi, sekaligus mendukung ekonomi peternak lokal,” tambah Fahmi.
Dengan pengawasan ketat, penerapan teknologi informasi, dan pendampingan berkelanjutan, Pemprov Kaltim menargetkan stabilitas kesehatan hewan tetap terjaga, pasokan pangan aman, serta peternak mampu meningkatkan produktivitas.
Langkah ini juga mendukung tujuan JosPol untuk memperkuat kemampuan dan kesejahteraan SDM peternak di seluruh kabupaten dan kota di Kaltim.
“Keamanan hewan ternak dan produk hewani menjadi prioritas. Dengan teknologi dan pendampingan, masyarakat memperoleh pangan yang aman, sedangkan peternak bisa meningkatkan kapasitasnya. Program JosPol di sini benar-benar mengintegrasikan kesehatan hewan dan peningkatan SDM peternak,” tutup Fahmi. (adv/Diskominfo)










