SAMARINDA, Headlinews.id— Melalui program JosPol yang memperkuat infrastruktur kesehatan dan pendampingan pasien, Kalimantan Timur berhasil meningkatkan tingkat kesembuhan Tuberkulosis (TBC) hingga 77,15 persen, menempatkan provinsi ini di posisi ke-17 nasional.
Program ini tidak hanya berfokus pada pengobatan pasien, tetapi juga memperkuat sistem layanan kesehatan daerah, termasuk penguatan laboratorium, tenaga medis, dan fasilitas puskesmas di seluruh kabupaten dan kota.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, dr. Jaya Mualimin menjelaskan penyebaran alat Tes Cepat Molekuler (TCM) menjadi faktor penting dalam keberhasilan program.
“Tahun ini sudah ada 65 alat TCM yang tersebar di puskesmas di seluruh Kaltim. Alat ini memungkinkan diagnosis TBC dilakukan lebih cepat dan penanganan pasien segera dimulai,” ujarnya, Selasa (2/12/2025).
Selain itu, pemerintah daerah juga memperkuat program penemuan kasus aktif (Active Case Finding/ACF). “Sejak awal tahun, lebih dari 3.000 orang sudah disaring untuk memastikan kasus TBC dapat dideteksi sedini mungkin. Upaya ini penting untuk mencegah penularan di masyarakat sekaligus memastikan pasien mendapat pengobatan yang tepat,” kata Jaya.
Program JosPol tidak hanya menyediakan sarana dan alat kesehatan, tetapi juga pendampingan intensif bagi pasien agar tidak putus pengobatan. Menurut Jaya, pengawasan secara berkelanjutan membuat program lebih efektif.
“Setiap pasien didampingi hingga pengobatan selesai. Tenaga medis dan petugas kesehatan memberikan bimbingan serta memastikan mereka mendapatkan dukungan penuh, termasuk akses ke fasilitas kesehatan terdekat,” tambahnya.
Selain fokus pada pasien, Pemprov Kaltim juga menekankan peningkatan kapasitas tenaga medis dan penguatan fasilitas laboratorium di seluruh kabupaten dan kota. Pendekatan ini dirancang untuk menciptakan layanan kesehatan yang lebih responsif, cepat, dan merata.
“Penguatan fasilitas kesehatan dan tenaga medis memastikan program ini berkelanjutan dan dapat mencakup seluruh masyarakat,” jelasnya.
Upaya pengawasan gizi dan edukasi kesehatan juga diterapkan untuk mendukung pasien dan masyarakat agar lebih memahami pentingnya pola hidup sehat.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat menekan angka TBC di Kaltim secara bertahap, sekaligus memperkuat sistem kesehatan publik di daerah.
Dengan kombinasi deteksi dini, penguatan fasilitas kesehatan, dan pendampingan pasien, Pemprov Kaltim menargetkan peningkatan tingkat kesembuhan TBC lebih tinggi lagi pada tahun-tahun mendatang, serta menurunkan risiko penularan di masyarakat.
“Kesembuhan pasien TBC menunjukkan kualitas layanan kesehatan dan perhatian terhadap masyarakat. Kami optimis upaya ini akan membawa perubahan nyata bagi kesehatan masyarakat Kaltim,” tutup dr. Jaya. (adv/Diskominfo Kaltim)










