MENJADI guru honorer selama bertahun-tahun berarti hidup dengan penghasilan yang terbatas dan tunjangan yang kerap terlambat. Namun, bagi Huswatun Nisa, guru TK Negeri 04 Tenggarong, Kutai Kartanegara hadirnya program Jospol memberikan bantuan nyata yang meringankan beban hidupnya.
“Alhamdulillah, kehadiran program Jospol sangat membantu saya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama untuk keluarga dan anak-anak,” ujar Nisa, Rabu (25/11/2025).
Nisa menyebut insentif Jospol terasa sebagai angin segar. Untuk tiga bulan pertama, ia menerima Rp 1,4 juta lantaran dipotong pajak dari nilai Rp1.500.000 dan dicairkan pada September 2025, dan tahap berikutnya pada November 2025.
Menurut Nisa, informasi mengenai Jospol pertama kali ia terima dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur. Ia mengaku pencairan insentif untuk dirinya lancar, namun masih ada rekan guru honorer yang menghadapi kendala, seperti tidak menerima sama sekali atau hanya menerima tahap pertama.
“Saya harap pencairan insentif Jospol tidak tersendat lagi, karena ini sangat membantu guru honorer,” ujarnya.
Manfaat Jospol langsung dirasakan Nisa dalam kehidupan sehari-hari. Ia menggunakan sebagian insentif untuk membeli kebutuhan anak-anak, mulai dari popok, susu, hingga kebutuhan sekolah, sehingga beban rumah tangganya sedikit berkurang.
“Dengan bantuan ini, kami bisa lebih fokus mengajar tanpa khawatir masalah biaya sehari-hari,” ujarnya.
Senada dengan Nisa, guru PNS TK 04 Tenggarong, Desy, menyatakan kegembiraannya atas pencairan Jospol bagi rekan honorer. Menurutnya, tunjangan dari pemerintah kabupaten, atau Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP), sering terlambat hingga tiga bulan, sehingga bantuan dari provinsi menjadi penyelamat.
“Bantuan Jospol jelas meringankan beban guru honorer yang penghasilannya pas-pasan,” kata Desy.
Desy juga menyoroti perlunya sistem pengaduan yang jelas agar guru honorer dapat melaporkan kendala pencairan tunjangan.
Ia berharap pemerintah provinsi menyediakan koordinator wilayah (Korwil) atau hotline khusus, sehingga guru tidak bingung kemana harus mengadu.
“Kasihan guru kalau pencairan tunjangan harus tertunda atau terasa dipersulit,” pungkasnya.
Program Jospol tidak hanya meringankan beban guru honorer, tetapi juga diharapkan meningkatkan fokus mereka dalam mengajar, mendorong kualitas pendidikan, dan memastikan anak-anak di Kalimantan Timur mendapat pembelajaran yang maksimal.
Bagi Nisa dan ribuan guru honorer lainnya, Jospol lebih dari sekadar insentif finansial. Program ini adalah bentuk apresiasi nyata pemerintah provinsi terhadap dedikasi tenaga pendidik, sekaligus bukti perhatian terhadap kesejahteraan guru di daerah.
“Semoga program ini terus berlanjut dan lebih banyak guru yang merasakan manfaatnya,” harap Nisa
Adv/Kominfo Kaltim










