SAMARINDA, Headlinews.id— Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terus memperkuat layanan pengobatan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan AIDS dengan menyediakan akses gratis melalui 272 fasilitas kesehatan yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota.
Upaya ini menjadi bagian dari program Jospol bidang kesehatan, yang menekankan peningkatan akses layanan dasar, pendampingan pasien, dan integrasi pelayanan untuk menekan angka penularan HIV di masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr. Jaya Mualimin menjelaskan, jaringan layanan yang tersedia kini mencakup puskesmas, klinik swasta, praktik dokter mandiri, hingga rumah sakit rujukan.
Selain pengobatan rutin, program ini juga terintegrasi dengan penanganan penyakit tuberkulosis dan malaria melalui inisiatif ATM (AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria), sehingga intervensi kesehatan dapat dilakukan secara lebih komprehensif dan sistematis.
“Dengan jaringan layanan yang tersebar luas ini, pasien dapat mengakses konsultasi dan pengobatan antiretroviral (ARV) secara gratis. Pendekatan terintegrasi tidak hanya menekan angka penularan, tetapi juga memastikan pasien dapat hidup produktif, sehat, dan aman,” ungkap dr. Jaya Mualimin.
Pada 2025, tercatat sebanyak 1.018 kasus HIV, 223 kasus AIDS, dan 112 kematian terkait penyakit tersebut. Pemerintah daerah menekankan pentingnya kepatuhan pasien dalam mengonsumsi ARV secara rutin.
Terapi yang konsisten diyakini mampu menekan jumlah virus hingga batas aman, memungkinkan ODHA menjalani kehidupan normal sekaligus meminimalkan risiko penularan ke orang lain.
Selain pengobatan, program ini juga menekankan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat umum dan kelompok rentan mengenai penularan HIV melalui cairan tubuh.
Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA menjadi perhatian utama, karena virus ini tidak menular melalui kontak sosial sehari-hari.
“Kami mendorong seluruh pihak, termasuk keluarga, lingkungan pendidikan, dan masyarakat, untuk memberikan dukungan moral agar pasien merasa aman dalam mengakses layanan kesehatan,” harapnya.
Ibu hamil dengan status HIV positif juga mendapatkan perhatian khusus. Penanganan intensif selama kehamilan dan pemberian obat ARV dilakukan untuk mencegah penularan virus kepada bayi.
“Integrasi layanan ini juga diharapkan dapat menurunkan angka penularan dari ibu ke anak dan memperkuat upaya eliminasi HIV di Kaltim secara bertahap,” imbuhnya.
Program Jospol bidang kesehatan di Kaltim tidak berhenti pada pengobatan dan edukasi. Pemerintah daerah terus memperluas akses layanan, meningkatkan kapasitas SDM tenaga kesehatan, dan memastikan distribusi obat serta fasilitas medis berjalan lancar.
Pemantauan berkala juga dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas program, mendeteksi kasus baru secara dini, dan menyesuaikan strategi intervensi sesuai kebutuhan lapangan
“Program ini membuka peluang bagi pasien HIV/AIDS untuk hidup normal dan sehat. Semua fasilitas kesehatan harus dimanfaatkan maksimal sehingga setiap pasien mendapatkan pengobatan tepat waktu dan masyarakat semakin memahami pentingnya dukungan tanpa stigma,” tutup dr. Jaya Mualimin. (adv/Diskominfo Kaltim)










