BALIKPAPAN, Headlinews.id – Upaya perlindungan anak di Kota Balikpapan terus diperluas melalui berbagai program pencegahan kekerasan yang digagas Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB).
Pendampingan psikologis, pembinaan pola asuh, serta edukasi kepada masyarakat kini menjadi langkah nyata dalam menciptakan lingkungan yang aman dan ramah bagi anak.
Plt Kepala DP3AKB Kota Balikpapan, Nursyamsiarni D. Larose menyampaikan pemerintah daerah melalui DP3AKB memberikan perhatian serius terhadap upaya perlindungan anak, terutama dalam mencegah munculnya kekerasan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Menurutnya, pelayanan yang diberikan DP3AKB tidak hanya difokuskan pada penanganan kasus kekerasan, tetapi juga pada pencegahan dan pemulihan anak yang menghadapi masalah psikologis atau sosial.
“DP3AKB memiliki tenaga psikolog yang memberikan pendampingan kepada anak yang membutuhkan, baik karena mengalami tekanan emosional maupun akibat tindak kekerasan. Pendampingan ini dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan anak agar tidak menimbulkan trauma berkepanjangan,” ujar Nursyamsiarni, Kamis (6/11/2025).
Ia menjelaskan, pencegahan kekerasan terhadap anak tidak dapat dilakukan secara parsial. Orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter dan kestabilan emosi anak.
Banyak kasus kekerasan yang terjadi berawal dari pola asuh yang kurang tepat, termasuk cara berkomunikasi yang keras dan tidak membangun.
“Orang tua perlu memahami bahwa kekerasan tidak selalu berbentuk fisik. Ucapan yang menyakitkan, meremehkan kemampuan anak, atau membandingkan dengan orang lain juga dapat melukai mental mereka. Dampaknya bisa terbawa hingga dewasa,” terangnya.
Selain peran keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat juga menjadi faktor penting dalam mencegah kekerasan terhadap anak.
DP3AKB secara rutin melaksanakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan kepada guru Bimbingan Konseling (BK), tenaga pendidik, serta perangkat RT dan kader masyarakat agar mampu mengenali tanda-tanda anak yang mengalami tekanan psikologis.
“Guru BK merupakan ujung tombak di sekolah. Mereka berinteraksi langsung dengan anak setiap hari, sehingga lebih mudah mengenali perubahan perilaku atau tanda-tanda anak yang sedang menghadapi masalah,” jelasnya.
Nursyamsiarni menambahkan, ditengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi, tantangan dalam mendidik anak semakin kompleks. Anak-anak kini lebih mudah terpapar konten digital yang tidak sesuai usia, sehingga peran keluarga dalam memberikan pendampingan menjadi semakin penting.
“Orang tua perlu mendampingi anak dalam penggunaan gawai dan media sosial. Harus ada dialog terbuka agar anak merasa aman dan tidak mencari pelarian di tempat lain,” katanya.
Ke depan, DP3AKB akan terus memperluas kegiatan edukasi tentang pengasuhan positif melalui penyebarluasan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) di seluruh kecamatan.
Kegiatan ini diharapkan dapat membangun kesadaran bersama bahwa melindungi anak merupakan tanggung jawab kolektif semua pihak.
“Lingkungan yang ramah anak tidak bisa dibentuk dalam waktu singkat. Butuh dukungan dari keluarga, sekolah, RT, dan masyarakat sekitar. Jika semua bergerak bersama, maka anak-anak dapat tumbuh dalam suasana yang aman, sehat, dan bahagia,” tutup Nursyamsiarni. (*)










