TARAKAN, Headlinews.id – Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Anang Busra Tarakan resmi naik status menjadi lanud tipe A, setelah sebelumnya berstatus tipe B. Kenaikan tipe ini menjadi tonggak penting dalam penguatan pertahanan udara di wilayah Kalimantan Utara yang merupakan daerah strategis dan berbatasan langsung dengan Malaysia serta kaya akan sumber daya alam.
Komandan Lanud Anang Busra, Marsma TNI Andreas A. Dhewo, S.E., M.Sc., M.Si (Han), menjelaskan perubahan status tersebut berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 8 Tahun 2025 yang diteken pada 29 April 2025 tentang validasi organisasi TNI AU.
Melalui keputusan ini, terdapat lima lanud yang mengalami peningkatan tipe dari B ke A, yaitu Lanud Soewondo di Sumatera Utara, Lanud Husein Sastranegara di Jawa Barat, Lanud Raden Sadjad di Kepulauan Riau, Lanud Pendidikan Sulaiman di Jawa Barat, dan Lanud Anang Busra di Kalimantan Utara.
“Jadi, saat ini Lanud Anang Busra Tarakan telah naik tipe dari B menjadi A sesuai perintah pimpinan. Tentunya, kenaikan ini dibarengi dengan penyesuaian pangkat dan jabatan di dalam struktur lanud,” ujar Andreas, Jumat (10/0/2025).
Komandan Lanud Anang Busra berpangkat Marsma yang pertama ini, mengungkapkan para kepala dinas (kadis) yang sebelumnya berpangkat letnan kolonel juga naik menjadi kolonel.
Kenaikan tipe ini, lanjutnya, akan berimplikasi langsung terhadap peningkatan jumlah personel di Lanud Anang Busra. Jumlah prajurit nantinya akan disesuaikan dengan pengembangan organisasi, termasuk dengan pembentukan satuan baru di bawah kendali komando Lanud Anang Busra.
“Penambahan personel ini tentu akan sejalan dengan peningkatan tanggung jawab dan peran strategis lanud dalam menjaga wilayah udara Kalimantan Utara,” kata Andreas yang sebelumnya menjabat Direktur Pendidikan Akademi Angkatan Udara (AAU) dan pernah menempuh pendidikan di Lemhannas selama satu tahun.
Salah satu langkah konkret yang tengah dipersiapkan sebagai tindak lanjut peningkatan tipe adalah pembentukan Skuadron UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau Skuadron 53, yang akan menjadi satuan baru di bawah Lanud Anang Busra. Skuadron ini dirancang untuk mengoperasikan pesawat tanpa awak atau drone militer guna memperkuat fungsi pengawasan udara, intelijen, dan pertahanan wilayah perbatasan.
“Pimpinan TNI dan TNI AU melihat Tarakan adalah wilayah yang sangat strategis, baik dari aspek geografis maupun potensi sumber daya alamnya. Karena itu, dipandang perlu membangun Skuadron UAV di sini. Rencananya akan diresmikan tahun depan oleh pimpinan TNI AU,” jelas Andreas.
Adapun drone militer yang akan digunakan adalah CH-4, buatan China Aerospace Technic and Corporation. Drone ini memiliki kemampuan terbang sejauh 5.000 kilometer dan dapat bertahan di udara selama 30 hingga 40 jam.
Selain menjalankan fungsi ISR (Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance), CH-4 juga mampu dipersenjatai sehingga dapat beroperasi sebagai drone serang (attack drone) yang bisa membawa rudal maupun bom.
“Dengan kemampuan itu, kehadiran Skuadron UAV ini akan sangat strategis. Kita bisa membantu pengamatan udara di wilayah perbatasan, termasuk mendeteksi dan mencegah penyelundupan, pelanggaran batas wilayah, dan potensi ancaman lainnya di Kalimantan Utara,” ujarnya.
Saat ini, seluruh fasilitas pendukung untuk pengoperasian Skuadron UAV tengah disiapkan. Apron dan jalur penghubung ke landasan pacu sudah selesai dibangun, perumahan bagi personel juga siap, serta dukungan logistik seperti kendaraan dinas untuk komandan dan staf telah disediakan. Andreas menyebutkan, untuk tahap awal akan ada penambahan sekitar 60 personel yang akan mengawaki Skuadron 53 tersebut.
“Untuk sementara, personel belum ditempatkan di sini karena masih dalam tahap persiapan. Namun, para calon pilot UAV sudah dikirim ke negara pembuat pesawat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan,” terang Andreas.
Ia memperkirakan, operasional penuh Skuadron UAV dapat dimulai secara bertahap pada kuartal IV tahun depan, meski proses akuisisi alat utama sistem senjata (alutsista) atau Alat Peralatan Pertahanan (Alpalhan) memerlukan waktu cukup panjang.
Menurutnya, pengadaan peralatan pertahanan seperti drone maupun pesawat tempur tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
“Kalau peralatan militer itu tidak seperti membuat makanan ringan, yang bisa langsung jadi. Produksinya terbatas, bahkan untuk satu pesawat bisa memakan waktu berbulan-bulan, tergantung kapasitas pabriknya. Jadi prosesnya harus bertahap,” ungkapnya.
Selain penguatan di sektor UAV, Andreas menjelaskan TNI AU saat ini juga telah memiliki Skuadron Intai yang bermarkas di Lanud Hasanuddin, Makassar, dengan pesawat Boeing dan CN235. Skuadron tersebut kerap melakukan patroli maritim dan udara hingga wilayah Kalimantan Utara, termasuk singgah di Lanud Anang Busra.
Namun untuk pembentukan skuadron udara berawak di Tarakan, rencananya belum akan direalisasikan dalam waktu dekat.
“Untuk saat ini, fokus kami adalah Skuadron UAV. Sedangkan skuadron udara berawak masih dalam tahap perencanaan jangka panjang,” katanya.
Sebagai lanud tipe A, Lanud Anang Busra kini memiliki peran lebih besar dalam struktur pertahanan udara nasional. Andreas menuturkan, jumlah personel dan satuan di bawahnya akan disesuaikan secara bertahap.
Meski belum sebesar Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta yang memiliki banyak skuadron dan ribuan personel, Lanud Anang Busra diproyeksikan menjadi pusat pengawasan udara utama di kawasan Kalimantan Utara.
“Kalau di Lanud Halim ada banyak skuadron seperti Hercules, Skuadron 31, Skuadron 2, hingga Skuadron 17 VIP-VVIP, jumlah personelnya ribuan. Sementara kami di sini masih akan fokus pada satu satuan utama, yakni Skuadron UAV. Tapi tidak menutup kemungkinan lima tahun ke depan akan ada pengembangan satuan baru lagi,” ungkapnya.
Dengan naiknya status menjadi tipe A dan dibangunnya Skuadron UAV Skuadron 53, Lanud Anang Busra sekaligus berdiri sebagai simbol penguatan pertahanan udara nasional di kawasan perbatasan utara Indonesia.
“Dengan semua peningkatan ini, Lanud Anang Busra akan semakin siap menjadi garda terdepan pertahanan udara di wilayah perbatasan. Kami siap mengemban amanah dan tanggung jawab yang lebih besar demi menjaga langit Indonesia,” tegas Andreas. (saf)