TARAKAN, Headlinews.id– Hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang melanda Kota Tarakan pada Rabu malam, mulai pukul 20.30 WITA, menimbulkan berbagai dampak, termasuk banjir dan pohon tumbang.
Kepala Pelaksana BPBD Tarakan, Yonsep, mencatat hingga Kamis (9/10/2025) terdapat 36 titik terdampak cuaca ekstrem di Kota Tarakan.
Dari 36 titik tersebut, empat titik mengalami banjir diantaranya di Karang Anyar, seluruh daerah Pamusian, Kampung 6, dan Kampung 4. Yonsep menjelaskan, sebagian besar banjir terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi disertai pasang rob yang datang terlebih dahulu sebelum hujan deras.
“Sebenarnya ini terbantu, karena pasang rob duluan datang. Kalau bersamaan dengan hujan lebat, pasti terendam seluruhnya. Tapi kami sudah memantau, begitu air mulai surut, angin juga kencang,” jelasnya, saat ditemui Kamis (9/10/2025).
Selain banjir, pohon tumbang menjadi masalah utama. Penanganan pohon tumbang telah dilakukan sejak pukul 11.00 WITA hingga pukul 04.00 WITA, dengan tiga tim yang dikerahkan untuk mengevakuasi pohon yang menghalangi jalan dan menimbulkan kerusakan.
Distribusi penanganan pohon tumbang lebih banyak terjadi di wilayah Tarakan Tengah, Barat, dan Timur. Yonsep mengatakan proses ini tidak mudah, karena hujan deras dan pemadaman listrik menyulitkan kerja tim di lapangan.
“Faktor utama pohon tumbang adalah angin ekstrem tadi malam dan kondisi tanah yang labil. Tarakan memiliki tanah pasir yang mudah membuat pohon roboh. Usia pohon bukan masalah, bahkan pohon muda seperti pinang pun bisa tumbang,” ujarnya.
Yonsep juga menjelaskan, beberapa kasus kerusakan bangunan terjadi akibat pohon tumbang, termasuk di Jalan Kampung Bugis, di mana hampir 90 persen atap rumah warga terangkat. Meski demikian, korban jiwa dilaporkan nihil. Hanya satu orang wanita yang tertimpa pohon mengalami cedera ringan dan segera ditangani tim PMI.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap cuaca ekstrem yang masih menyelimuti Kalimantan Utara. “Masyarakat yang beraktivitas di kebun, laut, atau area terbuka harus berhati-hati. Jangan memaksakan diri dalam kondisi cuaca ekstrem,” pesannya.
Ia menambahkan, jumlah personel teknis BPBD saat ini sebanyak 12 orang. Meski sudah dibagi untuk menangani beberapa titik terdampak, jumlah tersebut masih dirasa kurang.
“Idealnya, satu kecamatan membutuhkan sekitar 10 tenaga. Armada tidak menjadi masalah, tetapi tenaga manusia terbatas. Bahkan dua jam bekerja dalam kondisi hujan dan gelap sudah menjadi tantangan,” katanya.
Ia juga menegaskan keselamatan personel menjadi prioritas utama dalam setiap penanganan bencana. “Kamu boleh melakukan pekerjaan, tetapi keselamatan tetap nomor satu,” ujarnya.
Menanggulangi bencana ini, BPBD Tarakan terus berkoordinasi dengan instansi terkait, memantau lokasi terdampak, dan menghitung kerugian materiil secara rinci. “Proses penilaian kerugian membutuhkan waktu karena harus dilakukan di lapangan secara langsung,” jelas Yonsep.
Yonsep mengingatkan masyarakat untuk selalu memperhatikan peringatan cuaca dari BMKG, yang biasanya memberikan prediksi tiga hari ke depan. Namun, ia mengingatkan pembentukan awan dan cuaca ekstrem bisa terjadi secara tiba-tiba, sehingga kewaspadaan harus dijaga terus-menerus.
“Cuaca ekstrem ini sudah memakan korban, termasuk dua nelayan semalam. Kami harap masyarakat tetap waspada dan tidak memaksakan diri saat cuaca buruk,” pungkasnya. (saf)