BALIKPAPAN, Headlinews.id – PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) kembali mencatat capaian penting dalam Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan dan Lawe-Lawe dengan keberhasilan penyalaan (start-up) Flare pada unit Hydrocracking Complex (HCC). Hal ini menandai dimulainya fase uji coba peralatan (commissioning) sekaligus langkah awal menuju pengoperasian unit baru kilang.
Penyalaan flare ini menjadi sinyal kesiapan kilang untuk masuk ke tahap uji coba operasi dan mendekatkan RDMP Balikpapan pada tujuannya menghadirkan pasokan energi dengan peningkatan kapasitas, kualitas dan kompleksitas Kilang Balikpapan. Proyek ini sendiri telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).
Flare merupakan cerobong tinggi yang berfungsi membakar kelebihan gas hasil proses pengolahan. Keberadaannya sangat vital untuk menjaga stabilitas operasi kilang sekaligus mencegah pencemaran udara akibat gas sisa. Dengan beroperasinya flare HCC, sistem keselamatan kilang semakin lengkap dan sesuai standar global.
Vice President (VP) Legal & Relation PT KPB, Asep Sulaeman, menegaskan bahwa penyalaan flare tidak hanya pencapaian teknis, tetapi juga wujud komitmen perusahaan terhadap bangsa. “Nyalanya flare bukan hanya tanda kesiapan kilang untuk beroperasi, tetapi juga komitmen kami menghadirkan energi yang lebih andal, aman, dan ramah lingkungan bagi bangsa,” ungkap Asep.
Secara teknis, flare HCC ini dibangun pada struktur yang sama dengan New Flare Balikpapan II (BPP II) yang telah beroperasi sejak 2021. Flare setinggi 145 meter di atas permukaan laut ini menggunakan pondasi steel pipe pile tahan karat berdiameter 78 inci. Pemasangannya dilakukan dengan metode gin pole yang memungkinkan konstruksi di lokasi dengan akses terbatas, dengan memanfaatkan Rope Access Technician (RAT).
Flare HCC & BPP II juga menjadi satu-satunya flare di Indonesia yang dibangun di area perairan, tepat di sisi barat kilang Balikpapan. Lokasi ini dipilih untuk menjamin aspek keselamatan, dilengkapi dengan sarana navigasi laut dan pembatas area agar aktivitas kapal tidak mengganggu operasi kilang.
Dalam pelaksanaannya, PT KPB menerapkan prosedur ketat berbasis prinsip Health, Safety, Security, and Environment (HSSE). Mulai dari uji coba sistem, pemantauan emisi, hingga simulasi skenario darurat dilakukan secara terintegrasi dengan dukungan pemerintah daerah dan lembaga keselamatan.
Asep menambahkan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama semua pihak. “Keberhasilan ini adalah hasil sinergi pekerja KPB, kontraktor, dan dukungan masyarakat sekitar. Dengan berkolaborasi, kita bisa menghadirkan kilang modern yang membawa manfaat besar bagi masyarakat dan bangsa,” pungkasnya.(*)