BALIKPAPAN, Headlinews.id — Kondisi sekolah swasta di Balikpapan kembali menjadi sorotan tajam. Ketua DPRD Kota Balikpapan, Alwi Al-Qadri, mengungkapkan keprihatinannya atas minimnya jumlah peserta didik baru di beberapa sekolah swasta, meskipun institusi-institusi tersebut telah menerima subsidi dari pemerintah kota.
Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam wawancara di sela acara di Hotel Grand Senyiur, Kamis (31/7/2025). Menurut Alwi, situasi ini menjadi alarm bagi semua pihak, terutama pengelola sekolah swasta, agar lebih adaptif dan aktif dalam mengenalkan keunggulannya ke publik.
“Pemerintah kota sudah sangat luar biasa memberikan subsidi kepada sekolah swasta, tapi saya heran, ada sekolah yang katanya sampai sekarang belum ada satu pun siswa yang masuk. Ini kan jadi pertanyaan besar,” ujar Alwi.
Ia menilai salah satu penyebab utama lesunya peminat adalah kurangnya upaya promosi dari pihak sekolah. Di tengah era digital seperti sekarang, menurutnya, sekolah tak bisa lagi pasif hanya menunggu siswa datang.
“Jangan hanya berdiam diri! Mestinya pihak sekolah juga aktif memberikan informasi, melakukan promosi, entah lewat Instagram, media sosial, atau cara kreatif lainnya,” tegasnya.
Alwi menambahkan, promosi sekolah tidak selalu harus mahal atau bergantung pada dana besar. Yang terpenting adalah keberanian dan kreativitas dalam memperkenalkan kelebihan dan identitas sekolah secara luas.
“Ini bukan soal uang saja, tapi soal bagaimana sekolah menyampaikan keunggulannya. Banyak warga bahkan tidak tahu keberadaan atau kualitas sekolah swasta ini,” imbuhnya.
Kritik Alwi juga dinilai sebagai tamparan keras bagi sekolah-sekolah swasta yang masih mengandalkan cara lama dalam menjaring murid, tanpa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pasar pendidikan saat ini.
Kini publik menanti respons dari sekolah-sekolah yang dimaksud: apakah akan segera berbenah, atau terus berjalan di tempat di tengah kompetisi yang semakin ketat?
Satu hal yang pasti, Ketua DPRD Balikpapan telah menyalakan peringatan keras. Sekolah swasta tak bisa lagi tidur nyenyak jika ingin bertahan di era keterbukaan informasi dan persaingan bebas antar lembaga pendidikan. (*/oc)